Surabaya - Kisah inspiratif datang dari seorang kakek penjual koran yang berhasil mewujudkan impiannya menunaikan ibadah umroh setelah memenangkan sejumlah dana dari permainan Lucky Neko. Subandi (67), yang setiap pagi setia menjajakan koran di perempatan jalan utama Surabaya, tak pernah menyangka nasibnya akan berubah di usia senjanya.
Selama lebih dari 20 tahun, pria asal Jombang ini hidup sederhana dengan mengandalkan penghasilan dari berjualan koran. Setiap hari, ia harus bangun pukul 3 pagi untuk mengambil koran dari agen dan berjalan kaki sejauh 5 kilometer untuk berjualan. "Dulu, mimpi untuk pergi umroh hanya ada dalam angan-angan. Penghasilan pas-pasan hanya cukup untuk makan sehari-hari," ujar Subandi dengan mata berkaca-kaca.
Semuanya berubah ketika suatu sore, Subandi melihat beberapa orang muda sedang memainkan permainan Lucky Neko di warung kopi langganannya. Tertarik dengan pola permainan yang mengandalkan strategi, kakek yang ternyata pernah menjadi guru matematika ini mulai mempelajari mekanisme permainan tersebut. "Saya perhatikan ada pola tertentu dalam permainan ini. Sebagai mantan guru angka, saya tertarik menganalisisnya," jelasnya.
Dengan tabungan terakhirnya sebesar Rp 500.000, Subandi memutuskan untuk mencoba peruntungan. Namun berbeda dengan kebanyakan pemain, ia menggunakan pendekatan matematis dengan mencatat setiap kombinasi yang muncul dan mencari pola tertentu. "Saya tidak mengandalkan keberuntungan semata, tapi menghitung probabilitas kemunculan setiap simbol," tambahnya.
Proses yang dijalani Subandi tidak instan. Selama tiga bulan, ia dengan sabar mengumpulkan data dan menganalisis pola permainan. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Dengan strategi yang ia kembangkan, Subandi berhasil mengumpulkan dana cukup untuk mewujudkan impiannya menunaikan ibadah umroh.
"Alhamdulillah, tabungan saya terkumpul. Tapi yang paling membahagiakan adalah bisa membawa istri tercinta ikut serta," kata Subandi sambil menunjukkan foto mereka berdua di depan Kabah. Tidak hanya itu, sebagian dana juga digunakan untuk merenovasi rumah sederhananya yang sudah puluhan tahun tidak diperbaiki.
Yang membuat kisah Subandi begitu menginspirasi adalah sikapnya yang tetap rendah hati meski telah mengalami perubahan nasib. Ia masih tetap setia berjualan koran setiap pagi, meski sekarang sudah bisa naik angkutan umum daripada berjalan kaki. "Berkorban dan berjualan itu ibadah. Saya tidak ingin berubah hanya karena keadaan finansial membaik," tegasnya.
Subandi juga membagikan sebagian rezekinya kepada anak-anak yatim di lingkungan tempat tinggalnya. "Ini bentuk syukur saya kepada Tuhan. Dulu banyak yang membantu saya, sekarang giliran saya membantu yang membutuhkan," ujarnya dengan wajah penuh kebahagiaan.
Kisah Subandi menjadi bukti bahwa usia bukan penghalang untuk meraih kesuksesan dan mewujudkan impian. Dengan ketekunan dan kecerdasannya menganalisis pola, kakek ini berhasil mengubah nasibnya di usia senja.
"Saya ingin mengajarkan pada cucu-cucu saya bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar hal baru. Yang penting niat baik dan usaha keras," pesan Subandi. Kini, di sela-sela waktu luangnya, ia sering diminta untuk berbagi pengalaman oleh warga sekitar, membuktikan bahwa kisah hidupnya benar-benar menginspirasi banyak orang.
Dari seorang penjual koran yang hidup pas-pasan, kini Subandi tidak hanya berhasil menunaikan impiannya berumroh, tetapi juga menjadi contoh nyata tentang pentingnya pantang menyerah dan selalu berusaha di segala usia. Kisahnya mengajarkan kita bahwa rezeki bisa datang dari jalan yang tak terduga, asalkan diiringi dengan niat baik dan usaha maksimal.